Jumat, 30 September 2011

perjuang yang sia-sia

Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.

Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari ulang tahun anaknyal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah ulang tahunl untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di aula. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di aula, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

beberapa hari sebelum hari ulang tahun puterinyal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah ulang tahun untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu.

"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.

Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"

Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya....!!!!!

Jumat, 09 September 2011

"KESETIAAN DAN KEMATIAN"

suatu kisah yang mengajarkan ku arti kesetiaan,,
cerita diawalali ketika seorang anak perempuan miskin dan yatim piatu bernama karin tapi dia sangat terkenal karena berwajah cantik, lugu, yang tinggal di sebuah kota kecil.

suatu hari dia dan adiknya yang bernama cate sedang berjalaan disebuah taman. karena terlalu asik berbincang dia tidak melihat sesosok pria yang sedang berjalan sambil membuat buku...
tanpa disadari karin menabrak pria tersebut..betapa terkejut ketika melihat pria tampan tersebut, dia hanya bisa mengucapkan kata maaf dan pria itu hanya tersenyum.. setelah kejadian itu karin bertanya pada adiknya cate
" apa kau pernah  melihat pria itu...???"
"belum,sepertinya dia orang baru di kota ini.."
sejak kejadiaan itu perasaan karin berdebar-debar dan ingin bertemu dengan pria itu lagi.

pada suatu saat adik karin menglami sakit keras, dia pun panik mencari seorang dokter smabil menangis, tanpa disengaja dia bertemu dengan pria yang ditaman..
"kenapaa kau menangis..??"
"adikku menglami sakit keras tak ada dokter yang mau menolong karena aku hanya orang miskin..!"
"kebetulan aku seorang dokter aku akan membantumu.."
berkat bantuan pria tersebut adik karin pun sembuh,, sejak saat itu karin dan pria tersebut yang bernama rafael menjadi sangat dekat sehingga benih-benih cinta tumbuh di hati mereka.. dan merekapun menjalin hubungan kekasih.

suatu hari rafael akan pergi dari kota itu karena mendapat tugas untuk bekerja di sebuah desa kecil.. rafael tak bisa membayangkan jika haru pergi dan meninggalkan karin maka iya pun menemui karin..
"aku akan pergi dari kota ini untuk .."
" apa kau tak bisa menatap di sini aku tak ingin pisah...??" ucap karin
" tidak bisa ini perintah,, aku janji akan menemui setiap 3 hari sekali,, tunggulah aku di pelabuhan pada sore hari.."
"bawalah aku denganmu ke sana"..
" aku tak bisa membawamu,, kau mempunyai seorang adik yang harus kau jaga".. ucap rafael..
" kalo gitu ingatlah aku saat kau disana,, gunakanlah gelang biru ini,, aku juga akan menggunakannya di tanganku agar aku selalu mengingatmu,, gelang ini melambangkan luasnya lautan dan langit seperti cintaku padamu.." kata karin..
dengan berat hati rafael dan karin pun berpisah.. sejak saat itu setiap 3 hari sekali karin pergi ke pelabuhan untuk menemui rafael.. dia setia menunggu rafael dari pagi hingga sore hari.. pertemuan mereka dipenuhi dengan senyuman.. para pedagang disekitar pelabuhan sangat bahagia melihat pertemuan mereka..

tak terasa sudah 2 tahun sejak rafael pergi.. hari ini dimana rafael akan menemui karin.. dia menunggu dari pagi hingga malam tapi rafael belum juga tiba.. besok, lusa dan seterusnya dia pun kembali menunggu dan menunggu tapi rafael belum juga tiba.. hingga suatu saat iya mendapat kabar dari seorang pedagang bahwa rafael telah meninggal karena sakit keras.. betapa terkejutnya karin dia tak percya rafael telah meninggal.. dia masih menunggu rafael di pelabuhan dari pagi hingga waktu malam.. melihat kakaknya yang menunggu rafael,, cate menjadi sedih.. dan meyakinkan kakaknya bahwa rafael telah meninggal.. namun karin bersikukuh bahwa rafael belum meninggal..

tak terasa telah 1 tahun karin selalu datang tiap hari ke pelabuhan menunggu rafael.. iya membuat keputusan bahwa dia akan meninggalkan adiknya dan mencari rafael di desa kecil tempat rafael bekerja.. melihat karin yang setiap hari bersedih cate pun mengijinkan karin untuk pergi.. karin pun pergi meninggalkan karin dan pergi mencari rafael.. setibanya di desa kecil itu karin pun mencari rafael mengelilingi setiap pelosok desa, siang malam tanpa henti iya mencari,, hingga persediaan bekal yang dia bawa habis.. dengan wajah dipenuhi debu dan baju yang kusam.. iya pun singgah dan beristirahat sebuah pemakaman..

karin menatap satu makam yang membuatnya penasaran... dia menuju makam tersebut,, dan dibacanya batu nisan dari makam itu yang bertuliskan "RAFAEL SAMIR" dia terhentak dan masih merasa tak percaya kalo itu makam dari rafael.. kemudian ia melihat sebuah kotak dan dibukanya kotak itu.. betapa terkejutnya dia ketika karin menemukan seutas gelang  yang sama persis yang dia berikan 3 tahun lalu pada rafael.. di kotak itu iya juga mennemukan sebuah surat yang berbunyi..
"Maaf,, aku tak bisa menemuimu karin,, aku sakit keras.. aku membutuhkanmu di sini. umurku mungkin tak akan panjang lagi,, aku takut akan mati sebelum menemuimu.. aku takut kau akan melupakanku... aku cinta padamu karin.."

ketika membaca surat itu karin menangis atas di makam rafael.. dan dia sadar bahwa rafael telah meninggal..
"apakah ini yang kau sebut janji...?? dulu kau tak pernah bilang akan pergi selamanya.. kau janji akan selalu menemuiku... rasa rindu yang ada tak akan pernah terobati.. apakah dengan mati aku bisa bertemu denganmu dan mengobati rasa rindu ini.. jawablah rafael..???"
tanpa henti-hentinya karin menangis di atas makam rafael dan mengucapkan kata-kata yang sama hingga karin memotong nadinya sendiri sehingga dia meninggal di atas makam rafaael...

DAri kisah tersebut aku mendapat arti bahwa kesetiaan adalah dimana kita tetap mengingat & tak akan melupakan orang yang kita cintai dan tetap percaya kepadanya.. walaupun kita berada jauh darinya..!!!
BY:IKANG BEAN

WAktu karnaval dulu

CERIAT-CERITA LUCU ^_*

BERAPA HARGA BARANG INI MAS

Cerita ini pengalaman saya waktu belanja di Hero supermarket Makassar. Karena barang yang.dicari nggak ketemu2, saya nanya sama seorang pria berpakaian ala pegawai supermarket tsb. Namun dijawab, “Maaf saya bukan pegawai disini”. karena kecele saya minta maaf lalu cari2 barang lagi.
Selagi asyik lihat2 barang, tiba-tiba ada seseorang mendatangi saya dan bertanya “Mas-mas, berapa harga barang ini soalnya tidak ada label harganya”.
Sialll, kualat kali.



SUSU. SUSU


Suatu hari kami piknik ke kebun jeruk milik pastor. Agak jauh sih, naik sepeda kira kira 13 km dari kota. Di rumah peristirahatan itu ada broeder (biarawan) Belanda yang kocak dan ramah. Sedang kami asyik istirahat karena capek baru sampai, ia berseru: "Susu! Susu!" Beberapa dari kami berteriak: "Ya! Mau!" Lalu berlari-lari mendekati broeder tersebut. Ia heran mengapa ia diserbu anak-anak dan bertanya: "Mau apa kalian?" Kami jawab: "Mau susu! Katanya ada susu!" Eh, ia malahan ketawa dan berkata: "Oh itu! Saya cuma mau panggil anjing saya. Namanya Susu." Kecele kan!
     
       
GARA-GARA GEMPA BUMI

Waktu itu gue msh kelas 2 SLTP di Jogja. Seiring perkembangan zaman yg semakin menggila, gue pun terkena imbasnya, gue & temen2 gue pun jd mengenal bahkan doyan nonton Film Bokep yg menampilkan adegan syur!
Suatu hari gue ma Nugroho pergi ke rumah temen sekolah Andi namanya. Disana kami bertiga menonton film kegemaran kami, tapi tiba2 aja terjadi gempa bumi, sontak kami bertiga lari keluar rumah.
Setelah gempa reda, kami keasyikan ngobrol diluar tanpa ingat bahwa film bokep blm kami matikan!
Kemudian Andi ingat hal itu, sontak kami bertiga lari keatas. Apa yg terjadi?
Dikamar Andi, kami sudah ditunggu oleh Bokap n Kakak perempuan Andi.
Mampus gue, karena selama ini keluarga Andi hanya mengenal gue sebagai anak yg tau aturan agama!


DOKTER SAYA SEKARAT

Siang-siang waktu istirahat, seorang dokter dikejutkan oleh seseorang yang menangis tersedu-sedu sambil berkata "Saya tidak mau mati, Dokter".
Merasa kasihan dengan orang itu, sang dokter merelakan waktu istirahat siangnya. Lalu dokter itu berkata " Ada apa? coba ceritakan masalahmu!"
Lalu dengan tersengguk-sengguk pasien itu berkata, "Dokter, jika saya menyentuh bagian tubuh saya, yang mana saja, saya merasa sakit. Lihat ini dokter!", Kemudian pasien itu menyentuh bagian dadanya dengan tangannya, lalu berteriak kesakitan, menyentuh bagian kepalanya dengan tangannya, kemudian ia berteriak kesakitan lagi, ia terus berteriak ketika ia menyentuh bagian anggota tubuh yang lain dengan tangannya. Pasien itu berkata " Lihat kan Dokter saya sekarat "
Lalu dengan tersenyum dokter itu berkata, " jari tangan kamu patah".


 100 tahun lalu



Endah yang berumur 7 tahun menceritakan harapannya kepada sang ibu,
Endah: "Aku berharap dilahirkan 100 tahun yang lalu!"
Ibu : "Ya ampun, emangnya kenapa sih?"
Endah: "Karena pasti ibu tidak akan tega menyuruh aku yang sudah berumur 100 tahun merapikan tempat tidurku sendiri."
 
   
 JANGAN BOROS

Nasrudin berlayar dengan kapal besar. Cuaca cerah menyegarkan, tetapi Nasrudin selalu mengingatkan orang akan bahaya cuaca buruk. Orang-orang tak mengindahkannya. Tapi kemudian cuaca benar-benar menjadi buruk, badai besar menghadang, dan kapal terombang ambing nyaris tenggelam. Para penumpang mulai berlutut, berdoa, dan berteriak-teriak minta tolong. Mereka berdoa dan berjanji untuk berbuat sebanyak mungkin kebajikan jika mereka selamat.
"Teman-teman!" teriak Nasrudin. "Jangan boros dengan janji-janji indah! Aku melihat daratan!"